Ekowisata Hiu Paus, Whale Sharks, Gurano "Nabire"


Melihat Hiu Paus atau istilah keren lainnya adalah Whale Sharks? Tidak perlu jauh-jauh ke

Australia Barat, Kenya ataupun ke Filipina. Cukup datanglah ke Taman Nasional Teluk
Cendrawasih. Lebih dari 50 ekor hiu paus dapat dijumpai di lautan Kwatisore.
Pengembangan ekowisata berbasis jenis
(spesies) dan masyarakat lokal ini diorganisir
oleh Taman Nasional Teluk Cendrawasih dan
Papua Pro (operator ekowisata) serta
masyakakat Kwatisore dan Nabire. Dalam
rangka melakukan monitoring hiu paus dan
pengembangan ekowisata, Kementrian
Kehutanan bekerjasama dengan WWF
Indonesia dan Papua Pro menyelenggarakan
workshop dan pelatihan monitoring hiu paus di
Nabire pada tanggal 30-7 Mei 2011 yang lalu.
Terdapat hubungan yang menguntungkan antara: konservasi jenis hiu paus, masyarakat dan
ekowisata. Pakan hiu paus didapat dari sisa-sisa ikan puri yang dibuang ke laut dari 17 bagan
ikan masyarakat kemudian “diserbu” oleh para hiu paus. Fenomena ini dapat dilihat dari sisi
wisata terbatas. Wisatawan melalui operator memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat
bagan. Karena masyarakat mendapatkan keuntungan dengan kehadiran wisatawan di bagannya
dan akan membangun kesadaran masyarakat untuk turut serta melestarikan hiu paus karena
merasa memperoleh keuntungan yang berkelanjutan dari keberadaannya. Dengan hal tersebut
diharapkan kehidupan hiu paus pun dapat terjamin, bahkan masyarakat ikut menjaganya.

How to get there?
> Option 1
Jakarta – Biak: Garuda Indonesia Airways
Transit at Biak, change flight to Nabire: Merpati Airlines or Susi Air
> Option 2
Jakarta – Sorong: Batavia Air or Express Air or Merpati Airlines or Lion Air
Transit at Sorong, change flight to Nabire: Express Air
> Option 3
Jakarta – Manokwari: Batavia Air or Express Air or Merpati Airlines or Lion Air
Transit at Manokwari, change flight to Nabire: Express Air or Susi Air
For more information:
Kantor Balai Besar Taman Nasional Teluk Cendrawasih [National Park]
Jl. Drs. Essau Sesa, Sowi Gunung Manokwari, Provinsi Papua Barat.
Phone +62-986-212 303 ; Fax +62-986-214 719
email telukcendrawasih@gmail.com
Kantor Bidang Pengelolaan Taman Nasional Teluk Cendrawasih Wilayah I – Nabire
Jl. Bandung Gang Dualima, Nabire, Provinsi Papua.
Phone +62-984-222 39
[teks & gambar © Dit PJLK2HL | BS & red]



Hiu paus (Rhincodon typus) di perairan Kwatisore, Kabupaten Nabire, Papua, harus dilestarikan dengan mengategorikan sebagai satwa dilindungi. Pemerintah jangan terlambat mengantisipasi punahnya hiu paus yang terlihat sepanjang tahun di Taman Nasional Teluk Cendrawasih.

Menurut Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk Cendrawasih (TNTC) Djati Witjaksono Hadi, hiu paus atau biasa disebut gurano bintang oleh masyarakat lokal termasuk satwa air yang hanya ditemui di perairan Papua, Filipina, Australia, dan Afrika Selatan. Hiu ini beberapa kali terlihat di Sabang, dan Selat Madura, tetapi tak sepanjang tahun.

"Hiu ini bermigrasi mencari tempat makan dan bertelur. Namun, di perairan Kwatisore, Nabire, selama tiga tahun kami mengamati, hiu paus selalu terlihat. Tidak seperti di Australia yang hanya terlihat saat musim panas," kata Djati, Selasa (9/8/2011).

Hiu paus diperkirakan ada sejak 60 juta tahun lalu. Ia mampu hidup sampai umur 150 tahun dengan panjang hingga 14 meter. Hiu yang dijuluki hiu bodoh, karena jinak dan tidak agresif, memasuki usia subur pada umur 30 tahun. Reproduksinya relatif lambat dibandingkan dengan ikan lain. TNTC mencatat, tahun 2011, ada sekitar 40 hiu paus di perairan Teluk Cendrawasih.

Pemerintah perlu meningkatkan status perlindungan hiu paus. Saat ini, perlindungan hanya mengacu International Union for the Conservation of Nature dan Resources bahwa hiu paus adalah satwa yang rentan.

Pemerintah Indonesia, kata Djati, harus mencantumkan hiu paus sebagai satwa dilindungi dan memasukkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa. "Saat ini sedang dibahas di Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan Konservasi Alam, dan menunggu uji ilmiah LIPI," kata Djati.

Makanan utama hiu paus adalah ikan puri dan plankton. Tidak seperti hiu lain yang memiliki gigi tajam, hiu ini hanya memiliki gigi halus di ujung bibir. Ia menyedot air laut dan menjaring ikan kecil yang masuk.

Keberadaan hiu paus sepanjang tahun adalah peluang bagi sektor pariwisata Papua. Di Kwatisore, hiu-hiu ini berenang di sekitar bagan ikan milik nelayan. Dengan melempar ikan puri, hiu paus naik ke permukaan air. Adapun di Australia, wisatawan harus menunggu waktu tertentu dan hiu paus digiring lebih dulu agar bisa ditonton.

Djati berharap masyarakat diberdayakan dan menikmati manfaat hiu paus. Daya tarik wisata yang ditawarkan kepada turis adalah menyelam dan snorkeling menikmati keindahan hiu paus sambil memberi makan.

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites